Semenjak dari kecil
kita telah diajarkan oleh orangtua cara berwuduk', dan setiap waktu kitapun
melihat orang lain berwuduk; apakah ia anak-anak, orang dewasa atau orang yang
sudah tua, sehingga cara berwuduk' itu sudah menjadi kebiasaan yang mendarah
daging bagi kita sampai saat ini. Sekarang, timbul pertanyaan pada diri kita,
sudahkah wuduk' yang kita lakukan sesuai dengan cara wuduk'nya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam?
Bersuci dari hadas
merupakan syarat sah solat. Allah Subhanahu wa Ta'aala tidak akan
menerima solat seseorang yang berhadas sampai ia berwuduk', karena Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: "Allah tidak menerima solat
salah seorang kamu jika berhadas hingga ia berwuduk'." (HR. Bukhari
dan Muslim).
Seseorang yang ingin
mengerjakan solat haruslah berwuduk' terlebih dahulu, karena Allah Subhanahu
wa Ta'aala berfirman: "Hai orang yang beriman, jika kamu
ingin menegakkan solat maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai dengan siku,
sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata kaki, jika kamu
junub (hadas besar) maka mandilah... (QS. al-Maidah/5: 6)
Adapun tata cara
berwuduk yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah diajarkan oleh 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu ‘anhu dalam
hadits yang diriwayatkan oleh 'Imran bekas budak 'Utsman, bahwasanya 'Utsman
bin 'Affan meminta untuk dibawakan air wuduk', lalu ia membasuh tangannya tiga
kali, kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam lubang hidung
dan mengeluarkannya kembali tiga kali, kemudian beliau membasuh wajahnya tiga
kali, kemudian ia membasuh tangan kanannya sampai dengan siku tiga kali,
kemudian tangan kiri seperti itu juga, kemudian dia menyapu kepalanya, kemudian
ia membasuh kaki kanannya sampai dengan kedua mata kaki, kemudian kaki kirinya
seperti itu juga, lalu ia berkata: Aku telah melihat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam berwuduk' seperti wuduk'ku ini, lantas Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang berwuduk seperti
wuduk'ku ini (maksudnya wuduk' Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
lalu ia bangkit mengerjakan solat dua raka'at dan tidak berbicara dalam hatinya
(dalam urusan dunia), maka Allah Subhanahu wa Ta'aala akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam ayat di atas,
Allah Subhanahu wa Ta'aala menjelaskan tata cara berwuduk' secara
global, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menjelaskannya secara terperinci, baik melalui perkataan ataupun perbuatan,
yaitu:
1. Niat
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: "Hanya saja amalan itu
tergantung kepada niat, dan seseorang mendapatkan pahala dari apa yang
diniatkannya." (Bukhari Muslim).
Niat adalah keinginan
dan tekad untuk melakukan sesuatu. Maka niat itu letaknya di hati dan tidak
dilafazkan di mulut. Apa yang dilakukan oleh sebagian orang sebelum berwuduk
dimana ia berkata: Sengaja aku berwuduk untuk menghilangkan hadas kecil untuk
mengerjakan solat lillahi Ta'ala, merupakan perbuatan yang tidak ada
dalilnya dan tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Oleh karena itu, tidak disyariatkan kepada kita untuk
melafazkan niat seperti hal di atas, karena niat itu cukup tekad dan keinginan
yang ada di dalam hati.
2. Membaca Basmalah
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada solat bagi orang yang
tidak berwuduk' dan tidak ada wuduk' bagi orang yang tidak menyebut nama Allah
Subhanahu wa Ta'aala." (Hadits ini derajatnya hasan diriwayatkan oleh
Abu Dawud dan Ibnu Majah).
3. Membasuh kedua
tangan sebelum berwuduk'
Membasuhnya dengan cara
menuangkan air ke atas kedua tangan, berdasarkan hadits 'Utsman bin 'Affan radhiyallahu
‘anhu: "Lalu beliau membasuh kedua tangannya tiga kali"
(Bukhari Muslim), adapun hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Apabila
seorang kamu bangun tidur hendaklah membasuh kedua tangannya sebelum
memasukkannya ke dalam bejana, karena dia tidak tahu dimanakah letak tangannya
sewaktu malam hari." (HR. Bukhari Muslim). Cara membasuh tangan
dalam permasalahan ini ialah dimulai dari ujung jari sampai ke pergelangan
tangan sebanyak tiga kali.
4. Berkumur-kumur dan
memasukkan air ke dalam lubang hidung
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: "Jika kamu berwuduk' maka
berkumur-kumurlah." (Hadits Shohih, riwayat Abu Dawud). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Jika salah
seorang kamu berwuduk' maka hendaklah dia memasukkan air ke dalam hidungnya
kemudian dia keluarkan kembali." (HR. Abu Dawud). Adapun
berkumur-kumur dilakukan tiga kali.
5. Membasuh wajah
Allah Subhanahu
wa Ta'aala berfirman: "maka basuhlah wajahmu." (QS.
al-Maidah/5, ayat 6). Dalam hadits yang diriwayatkan dari 'Utsman radhiyallahu
‘anhu: "Lalu ia membasuh wajahnya tiga kali."
Batas wajah secara horizontal adalah mulai dari pangkal telinga kiri sampai ke
pangkal telinga kanan, sedangkan secara vertikal adalah mulai dari dagu sampai
ke kening/jidat tempat tumbuh rambut (berdasarkan tempat tumbuhnya rambut pada
kepala manusia kebanyakan).
6. Membasuh tangan
sampai dengan siku
Allah Subhanahu
wa Ta'aala berfirman: "Basuhlah tanganmu sampai dengan siku".
(QS. al-Maidah/5, ayat 6) kemudian ia membasuh tangan kanannya sampai
dengan siku tiga kali, kemudian tangan kiri seperti itu juga. Membasuh tangan
dilakukan mulai dari ujung jari sampai dengan siku, dimana siku termasuk bagian
yang ikut dibasuh. Kalau ada bagian dari areal ini tidak terkena air, seperti
siku, atau kuku yang memakai kutek yang menghalangi air sampai ke dasar kuku,
maka wuduk'nya tidaklah sah. Membasuh tangan sampai dengan siku dilakukan 3x
bagian yang kanan terlebih dahulu, setelah itu baru bagian kiri.
7. Menyapu kepala
Allah Subhanahu
wa Ta'aala berfirman: "Sapulah kepalamu" (QS.
al-Maidah/5, ayat 6), dan dalam hadits 'Utsman radhiyallahu ‘anhu:
"kemudian dia menyapu kepalanya". Kepala adalah bagian
atas dari badan selain wajah. Telinga termasuk bagian dari kepala bukan bagian
dari wajah. Maka telinga disapu bersamaan dengan saat menyapu kepala. Menyapu
kepala haruslah menyeluruh, tidak hanya sebagian ataupun mencukupkan diri
dengan tiga helai rambut. Perbuatan seperti ini tidak ada dalilnya dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun yang dicontohkan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menyapu
secara keseluruhan kepalanya dan langsung menyapu telinga tanpa mengambil air
kembali untuk menyapu kedua telinga. Rinciannya seperti yang diterangkan oleh
Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu: "beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam memulai dari depan kepalanya (jidat) kemudian
menyapukan kedua tangannya ke belakang kepala sampai ke tengkuk, lantas
disapukan kembali ke depan tempat beliau memulai sapuan tadi". (HR. Abu
Dawud). Adapun cara menyapu telinga: "Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam memasukan kedua jari telunjuknya ke dalam lubang telinga dan
menyapu punggung telinga dengan kedua ibu jarinya, sementara jari telunjuk
menyapu yang bagian dalam telinga" (HR. Abu Daud dari hadits Amr bin
Syu'ab dari bapaknya, dari kakeknya). Penyapuan kepala hanya sekali saja,
menurut riwayat yang diriwayatkan oleh Ali bin Abu Tholib yang dikeluarkan oleh
Abu Dawud, Tirmidzi dan an-Nasa'i.
8. Membasuh kaki sampai
dengan kedua mata kaki
Allah Subhanahu
wa Ta'aala berfirman: "Basuhlah kakimu sampai dengan kedua
mata kaki (QS. al-Maidah/5, ayat 6). Dalam hadits 'Utsman radhiyallahu
‘anhu, "kemudian ia membasuh kaki kanannya sampai dengan
kedua mata kaki, kemudian kaki kirinya seperti itu juga". Batas
kaki mulai dari ujung jari sampai dengan kedua mata kaki. Setiap orang yang
berwuduk' hendaklah betul-betul memperhatikan anggota wuduk' yang terbasahi
oleh air khususnya bagian tumit, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengingatkan kita dengan ancaman neraka, sebagaimana sabda
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Celakalah bagi
(pemilik) tumit-tumit yang tidak terkena air wuduk untuk masuk api neraka"
(HR. Bukhari Muslim). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melihat seseorang masuk mesjid namun di kakinya terdapat bagian yang tidak
tersentuh oleh air sebesar kuku, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyuruhnya untuk mengulangi wuduk'nya dengan sempurna" (Hadits
riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi dari Anas bin Malik).
9. Berdoa
9. Berdoa
Setelah berwuduk
dianjurkan bagi kita untuk berdoa. Diriwayatkan dari Umar bin Khattab radhiyallahu
‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: "Tidak seorangpun dari kalian yang berwuduk, lalu ia
menyempurnakan wuduk'nya, kemudian ia mengatakan :
Kecuali dibukakan baginya pintu-pintu surga dan
dipersilakan masuk dari pintu manapun yang disukainya. (HR.
Muslim dan Tirmidzi).
Beberapa kekeliruan
dalam berwuduk
1. Berwuduk dengan
tergesa-gesa tanpa memperhatikan apakah semua anggota wuduk sudah dibasahi oleh
air atau tidak.
2. Membaca doa
khusus setiap membasuh anggota wuduk, seperti Ya Allah ampunilah dosa wajahku
pada saat membasuh wajah, ya Allah ampunilah dosa tanganku saat membasuh tangan
dan seterusnya, hal ini tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
3. Boros dalam
pemakaian air. Perbuatan ini menyelisihi ajaran dan kebiasaan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam berwuduk', dimana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Abdullah
bin Zaid bahwa: "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi air wuduk
sebanyak dua pertiga mud, dan beliau menggosok lengannya dengan air itu. (Satu
mud sama dengan 750 ml).
Semoga
tulisan yang singkat ini menambah wawasan kita untuk bisa beribadah sesuai
dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallahu a'lam.
Alhamdulillah info yg baik...
ReplyDeleteTerima kasih kerana berkongsi....
Terima kasih banyak ye :)
ReplyDeletejarang pakai doa,sekarang tahu doanya
ReplyDelete